Rabu, 20 Februari 2013

LUPAKAN!!!

Saya tengah menemani seorang teman yang hatinya sedang hancur dan berdarah-darah. pernikahan yang belum genap 3 tahun itu harus berakhir, setelah hadirnya hadis kecil putri mereka. Sang suami yang dulu ketika masa pacaran begitu baik, dengan janji-janji manis bak syair-syair dangdut itu kembali ke mantan istrinya dan berbarengan menikahi perempuan lain. (total 3 wanita yang dijadikan istri, dalam waktu yang berdekatan). -maaf, saya menyimpulkan laki-laki seperti itu "sakit"-
Berapa hari sekali teman saya itu selalu mengeluhkan hal yang sama, seputar rasa sakit, kecewa, marah dan segalanya. saya biarkan dia mengeluarkan unek-uneknya, untuk kemudian saya beri saran-saran senormatif mungkin, agar dia bisa bangkit. tapi belum juga memberikan hasil yang baik, teman saya masih tetap marah-marah dengan alasan yang bermacam-macam tapi intinya sama "kekecewaan dia terhadap mantan suaminya itu" hingga semalam, saya mengingatkan dia dengan nada yang lebih keras dari biasa. dengan kata-kata yang lebih kasar agar dia benar-benar terbangun dari kubangan rasa sakitnya.

Saya menyaksikan dan menemani beberapa wanita yang terzolimi oleh para suaminya, dan teman saya ini terhitung yang paling parah dalam meluapkan kemarahannya.
saya menyimpulkan dari kasus beberapa teman termasuk kakak saya sendiri dalam melewati masa terluka karena sebuah perceraian.
1. Bolehlah satu tahun ia menangis, meratapi kemalangan nasib rumah tangganya, hingga air mata mengering, hingga tubuh hanya bersisa kulit dan tengkorak.
2. tapi setelah itu harus bangkit, bangun. lihat matahari masih bersinar sama setiap harinya, bersama ataupun tanpa laki-laki yang menyakiti kita.
3. kemudian para wanita tangguh itu menata kembali hidup mereka, mulai dari penampilan diri, cara bertutur, membuka kembali dirinya untuk pertemanan.
4. memperbaiki hubungan dengan anak-anak yang hatinya juga ikut terluka -jika anak-anaknya sudah mengerti, bahkan anak-anak yg belum mengertipun merasa kalau ibu mereka tengah bersedih-
5. menata keungan, menstabilkan pemasukan.
6. beberapa kasus berhasil karena bantuan keluarga besar. ibu atau saudara kandung. tapi ada juga yang bangkit seorang diri. Tentu saja jika tidak kuat menanggung sendiri, keluarga adalah satu-satunya tempat yang tepat untuk pulang.

Tidak semua laki-laki seperti  suami yang membuat teman saya hancur itu, tapi selalu saja ada oknum dari segelintir laki-laki yang baik. dan untuk para oknum itu anggaplah laki-laki yang sudah menyakiti, menelentarkan anak dan istrinya, memukul, menikahi banyak perempuan hanya karena nafsu, dan mengabaikan perasaan sakit istri pertamanya. anggap saja mereka itu seperti -maaf- kotoran, yang jika setelah kita keluarkan tidak pernah lagi kita tengok ke belakang.




ini mendiang kakak saya. satu-satunya kakak laki-laki yang saya miliki. foto ini diambil di hari pernikahan saya, dimana ia menjadi wali nikah saya.

entah kenapa saya begitu merindungannya malam ini.

Ya Rabbi...penguasa jagat raya...yang memiliki setiap resah dan kebahagiaan. terimalah ia di sisi-Mu, pertemukan ia dengan orang-orang pilihan-Mu