Barangkali belum sampai dua tahun saya bergabung dengan grup
istimewa bawindonesia.blogspot. com, tempat siapapun bisa berekspresi dalam kata-kata. Dapat menjalin
silaturahmi dengan sahabat yang tersebar di seluruh nusantara, bahkan ada yang
tengah bermukim juga di luar negeri.
Awalnya
sedikit bingung, untuk ‘nyemplung’ mulai dari mana. Karena jika mengikuti
obrolan dalam setiap thread itu ramainya
luar biasa. Diskusinya bisa panjang mengular kemana-mana. Tetapi karena kita
tidak berhadapan wajah secara langsung, jadi tidak terlalu malu. Diwakilkan
oleh nama dan PP maka mulailah saya dengan ‘kesotoyan’ saya suka ikut-ikutan
merusuh. Nyelip-nyelip diantara diskusi, demi menyerap ilmu dan menguras
wawasan para mentor untuk bisa kita ketahui juga. –kita dapat ilmu, mereka dapat pahala karena
berbagi ilmu tersebut- simbiosis mutualisme yang keren bukan?
Bukan
hanya ilmu dan semangat untuk menulis yang saya dapat. Meski yang satu ini
tidak ditawarkan secara langsung oleh BaW, mengalir dengan sendirinya seperti
sebuah mata air yang mencari celah untuk mengelilingi dunia. Sebuah
persaudararaan yang terikat dari obrolan dan diskusi. Bagaimana kami semua
selalu saling menguatkan, saling memberi semangat dan mengalirkan energi
positif. Bahkan saling mendoakan satu sama lain, baik untuk setiap karya yang
tengah berjuang sendiri untuk menembus penerbit maupun saling mendoakan dalam
mengarungi samudra kehidupan masing-masing.
Bagaimana
kami semua turut bahagia ketika mba Leyla sang kepala sekolah melahirkan
putra ke tiga, mba Windi akhirnya dapat kepercayaan untuk menjadi seorang ibu.
Nyai PD yang akhirnya pulang ke Indonesia. Belum lagi bagaimana kita
berjingkrak heboh di rumah masing-masing
ketika setiap ada pengumuman lomba dan salah satu warga BaW yang menang, meski
itu bukan diri kita sendiri. bukan nama kita yang tercantum , tapi itu
BAW....itu warga BAW.....lalu ucapan selamat bertubi-tubi. Prestasi yang
melecut warga lain untuk kembali mejejak gas demi meraih mimpi.
Setiap
cover buku yang diposting di hari kamis, selalu mendapatkan like dan untaian do’a
semoga laris, semoga sukses dan kalimat baik semacamnya. Itu adalaha do’a yang
teramat serius, yang akan melesat ke langit ke tujuah. Yang akan menyertai setiap karya anggota BaW
hingga buku itu terpajang di toko buku dan dibeli pembaca.
Grup
ini seperti sebuah kelas yang riuh. Hiruk pikuk oleh ide, pengalaman dan
pertanyaan seputar kepenulisan dan kehidupan. Sementara sang kepsek tetap berjuang melayani disela-sela terikat
tugas negara dengan tiga jagoannya. Juga mentor-mentor yang sibuknya enggak
alang kepalang, diantara tugas domestik, pekerjaan tetap, karya mereka yang
sejengkal lagi date line tapi juga masih menyempatkan menjawab pertanyaan enggak penting saya yang Cuma
nanya “mba Lyta pernah masuk ke rumah sakit Gleneagle, singapura enggak” Huaaa....kebayang beliau yang harus jawab
inbox sambil mata menatap layar komputernya. belum lagi mereka-mereka yang saya todong dengan kata-kata permohonan
yang lebay demi menjadi pembaca naskah saya yang lagi lagi enggak 'pede' yang akan
dikirim ke penerbit.
Meski....yak
meskipun belum ada satupun tulisan saya yang terbit atau dimuat di media
manapun, belum juga ada prestasi dimana nama saya tertempel saya terus menulis,
mengirimkannya, gagal dan mencoba lagi. Impian saya seperti mengantri jauh di
belakang, menunggu daftar tunggu berikutnya. Untuk saya berlari dan melompat
tinggi dan lebih tinggi lagi hingga akhirnya undangan antitesa mizania itu
menempatkan nama pena saya di salah satu 9 pilihan mereka. Daaan kebingungan
besar menyerbu saya setelah merasa gembira. Bagaimana tidak? karena saya
terbiasa membaca Ping, Ghostboomb (zaman SMA dulu) harus berhadapan dengan
literatur sejarah sementara modal saya hanya beberapa buku Pramudia Ananta Toer
saja.
Namun
seperti pandai besi yang menciptakan sebuah gembok yang pasti disertai anak
kunci. Allah juga memberi tantangan beserta jalan keluarnya, melalui
sahabat-sahabat yang bersedia membatu saya secara penuh. Dengan segenap rasa
percaya meski kami belum pernah saling bertemu, mba Yeni Afifah Afra, mba Ade
Anita dan teh Linda mengirimkan buku-buku yang luar biasa. Baik secara isi
maupun ketebalannya. Mungkin jika telah datang seluruhnya kurang lebih 6
kilogram buku harus saya lumatkan menjadi sebuah karya. Semoga seberat itu juga
dalam konversi logam mulia alias mas,
kebaikan berbalik kepada ketiga kakak-kakak hebat itu. Aamiin.
Dan
akhirnya kesempatan berjumpa dengan sebagian kecil anggota BaW itu
alhamdulillah terlaksana, dalam peluncuran buku milik mba Shabrina Ws yang jadi
juara di lomba Qanita Mizan. Akhirnya bisa bertemu dengan mba Dhani, supporter
yang tidak pernah lelah, kibar pom-pom setiap saya merunduk kehabisan spirit.
Yusi sang perusuh, miss bussy dan hebring dimanapun berada. Juga foto model
sekaligus photografer handal mba Aida, juga ada Risma “Marshanda” El-Jundi yang
cantik. Mba Eni and family dan masih-masih sangat banyak lagi teman-teman BAW
yang super duper keren. Daaan.....aneh qiqiqiqiiqii :P
Meski
kebahagiaan belum lengkap karena mba Leyla sang founder berhalangan hadir. Mba Anik,
mba Ade dan beberapa anggota yang tinggal di kawasan jabodetabek yang juga
berhalangan hadir. Saya tetap merasakan sensasi luar biasa, dari kopi darat
pertama yang saya datangi. BaW is real. Nyata dapat diraba, bukan hanya perbincangan
'ge je' di dunia maya. Untuk kemudian berkarya bersama-sama. Saling bertukar
inspirasi dan harapan. Hingga nanti ketika kita akhirnya menjadi cerita, dan hanya
karya kita yang bicara.
Salam Karya. Sukses untuk Be a Writer Indonesia dan kita semua.
Kebahagiaan kami ketika peluncuran buku Always be in Your Heart yang di tulis oleh Shabrina Ws (keempat dari kiri berkerudung ungu muda) |
Leyla Imtichanah Founder Be a Writer Indonesia |